Selasa, 01 Februari 2011

RUMAHKU SENJATAKU

OLEH  KARNIASARI







 
Jaring-jaring lembut berwarna putih disetiap tubuhya sangat menarik perhatian yang melihatnya. Disekitar kita, laba-laba kerap kali muncul dari area yang sepi dan kotor. Kebanyakan orang mengira bahwa laba-laba adalah hewan yang menggunakan jaring untuk menangkap mangsanya. Jaring-jaring yang ajaib dari segi arsitektur maupun dari segi rekayasanya bukan lah satu-satunya cara laba-laba untuk menangkap mangsanya. Disamping membuat jaring, laba-laba menggunakan taktik-taktik lain yang menakjubkan saat berburu. Bagaimana laba-laba ini bisa membuat jaring dengan perencanaan mekanik dan konstruksi kimia yang demikian sempurna?


Menyendiri dalam sepi
           Laba-laba yang penglihatannya sangat buruk dapat merasakan getaran yang ditimbulkan saat ngengat terbang. Dengan cara ini, laba-laba dapat merasakan kedatangan mangsanya. Yang menarik, meskipun nyaris buta, laba-laba  ini dapat menangkap mahluk yang sedang terbang dengan seutas benang yang dibuatnya sendiri sambil bergelantungan di udara.
            Lebih dari itu, setiap laba-laba yang baru lahir berperilaku sama. Membangun sarang dan mencari makan dengan cara yang sama. Karenanya, laba-laba pertama tidak hanya cukup dengan memiliki keistimewaan yang menakjubkan ini, melainkan harus mampu pula mewariskan semua kemampuannya kepada generasi berikutnya. Ini hanya bisa terjadi jika pengetahuan ini melekat erat dalam gen-gen laba-laba.



Lembut tapi mematikan
Kebanyakan laba-laba memang merupakan predator (pemangsa) penyergap, yang menunggu mangsa lewat di dekatnya sambil bersembunyi di balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang ditutupi kamuflase.

Laba-laba penenun (misalnya anggota suku Araneidae) membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.


Tarian maut sang betina
           Secara umum dapat dikatakan Arachnida bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi bersifat internal, sama seperti pada manusia. Hanya saja perlu diketahui bahwa proses yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya. Pada laba-laba dan arachnid lainnya, sperma individu jantan dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod. memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan. Dimulai dari tahap percumbuan, ditandai dengan ritual tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada beberapa jenis jantan dan betina melakukan ‘tarian’ unik. Tahap selanjutnya adalah pembentukan spermatophore sebagai alat transfer spermatozoa kepada betina. Individu jantan kemudian melakukan atraksi untuk menarik/memikat sang betina agar mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut kemudian diikuti dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu betina. Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di atas bervariasi pada tiap jenis.
Laba-laba (khususnya Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme yang berbeda, sperma disimpan dalam pilinan benang dan selanjutnya ditransfer ke organ khusus pada ujung pedipalpi sang jantan. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan, mengingat sifat dominan individu betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap untuk kawin. Tarian khusus dilakukan untuk menghindari pemangsaan oleh betina.
                                
Ritual percumbuan sangat menentukan keberhasilan perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam ritme vibrasi atau sentuhan bisa berakibat fatal bagi sang jantan.
 

Penipu ulung
Bertentangan dengan kepercayaan umum, banyak jenis laba-laba berburu tanpa membangun jaring. Salah satunya adalah Laba-laba kepiting. Ia menyamarkan dirinya pada bunga-bungaan dan menyantap lebah-lebah yang hinggap padanya. 
Laba-laba ini beraksi ketika seekor lebah hinggap untuk menghisap madu dari bunga dimana ia siap menyergap. Pada ketika itu, laba-laba secara perlahan-lahan merangkulkan kaki-kakinya ke tubuh lebah, kemudian dengan gerakan cepat menggigit kepala lebah dan menyuntikan bisa langsung ke otak mangsanya. Setelah itu, ia memakan korbannya. Laba-laba dapat menyamarkan dirinya pada bunga dengan begitu cerdik sehingga kupu-kupu atau lebah kadang hinggap tepat di atasnya tanpa menyadarinya.


Pembentukan jaring : putih dan lembut
Ia berpikir bahwa untuk menangkap ngengat, ia harus membuat zat kimia serupa dengan membangun pabrik kimia tersebut di dalam tubuhnya. Namun masalahnya belum selesai. Karena tanpa kemampuan untuk menangkapnya, tidak ada artinya mengundang
kedatangan ngengat-ngengat tersebut. Sampai di sini ia mempunyai ide lainnya untuk membuat senjata berbentuk antara lasso dan tongkat-kebesaran dari benang yang dihasilkannya.


Laba-laba sebenarnya hewan yang tidak jahat. Perkawinan laba-laaba sangat lah beresiko. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan, mengingat sifat dominan individu betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap untuk kawin. Bila jantan tidak mampu mengenali betinanya dengan baik maka jantan akan mati setelah proses perkawinan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar