Jumat, 04 Februari 2011

SENGATAN MAUT DI BALIK TOPENG KECANTIKAN UBUR-UBUR


Penulis : Siti Mariam

SENGATAN MAUT DI BALIK TOPENG KECANTIKAN UBUR-UBUR

Cantik memang belum tentu menarik, tetapi menarik lebih dari kata cantik. Memang kecantikan adalah sesuatu anugerah yang bisa kita nikmati, namun berhati-hatilah dengan kecantikan karena kacantikan kadangkala menipu. Istilah itu tepat sekali digunakan untuk Ubur-ubur. Ubur-ubur merupakan hewan yang cantik dan menarik, tetapi kecantikan dan daya tariknya itu merupakan senjatanya. Banyak rahasia yang tersembunyi di balik rupa ubur-ubur yang cantik rupawan dan begitu banyak rahasia yang sangat menarik dalam hidupnya.

Sisi lain dibalik kecantikan ubur-ubur
Jika kita melihat ubur-ubur yang terdampar di pesisir lautan, si cantik ini seakan-akan menunjukan wajah aslinya. rupanya lembek, ketika tertutup pasir bentuknya menjadi tidak jelas, bahkan oleh sebagian orang dianggap sangat “menjijikan” dan jauh dari kata cantik bahkan menarik. Namun apabila dia berada di lautan rupanya sungguh sangat mengagumkan, laksana dewi lautan.
 
Kondisi di lautan                               Kondisi di darat












Ubur-ubur termasuk kedalam kelompok hewan berongga yang dalam bahasa ilmiahnya disebut “Coelenterata”,  yang hidup di lautan. Komposisi tubuhnya sebanyak 95% merupakan air dan tidak memiliki tulang belakang. Ubur-ubur tidak memiliki mata dan juga otak, bahkan dia juga tidak memiliki mulut. Meskipun begitu, dia memiliki gelembung udara di bagian atas tubuhnya dan segumpal daging berwarna biru, karena itu dinamakan “Jellyfish”.
Jika kita belum tahu rupa asli ubur-ubur, tentunya kita akan berfikir kalau hewan ini sangatlah menakutkan dan mungkin akan kita gambarkan seperti monster. Namun apabila kita telah mengenalnya, mungkin rasa takut itu akan hilang dari benak kita, apalagi bila kita telah melihat hewan ini memancarkan pesonanya. Bahkan banyak ilmuan di dunia sangat tergila-gila terhadap pesona hewan yang satu ini.
Bermodal kecantikan
            Ubur-ubur diciptakan lain dari yang lain dengan mahluk lainnya. Dia memiliki struktur tubuh yang transparan. Tubuhnya yang transparan ini sewaktu-waktu dapat mengeluarkan cahaya yang luar biasa cantik.
Pada malam, hari di dilautan seringkali terlihat adanya cahaya yang berkilauan berwarna  hijau kebiruan. Cahaya tersebut ternyata adalah cahaya yang berasal dari ubur-ubur. Cahaya yang dihasilkan bukan dicptakan sendiri oleh ubur-ubur seperti halnya pada bintang di angkasa. Cahaya tersebut besaral dari pancaran cahaya matahari yang diserap oleh sel-sel protein pada bagian tubuh ubur-ubur yang mengandung zat fosfor. Pada saat gelap, khususnya malam hari cahaya itu secara otomatis akan dilepaskan. 

Kilauan cahaya ubur-ubur

Pancaran cahaya yang cantik ini ternyata salah satu modal bagi ubur ubur untuk mempertahankan diri dari pemangsa. Dalam keadaan terancam, misalnya ketika dikejar oleh musuh, tubuhnya akan mengeluarkan cahaya. Namun pada saat tubuhnya digigit oleh pemangsa, cahaya tersebut akan segera dipadamkan oleh bagian yang berbentuk lonceng. Sementara itu tentakel yang masih bercahaya akan melepaskan diri dari tubuhnya, untuk mengelabui pemangsa. Pemangsa akan mengejar tentakel yang bercahaya itu, sementara selagi ada kesempatan si ubur-ubur akan melarikan diri menjauh dari pemangsa.
Senjata Pamungkas
            Dibalik kecantikan, ternyata ubur-ubur memiliki sisi yang sungguh menakutkan. Beberapa jenis ubur-ubur memiliki senjata pamungkas berupa racun yang sangat mematikan, salah satu jenisnya adalah ubur-ubur kotak (box jellyfish).  Racun ini pada dasarnya merupakan alat pertahanan diri pengganti cahaya. 
Pada umumnya dalam berburu  ubur-ubur tergolong pasif, dia hanya berdiam diri menunggu mangsa datang menghampiri tentakelnya. Tentakelnya ini mengandung 5000 nematocysts (sel penyengat). Ketika mangsa datang tentakel itu akan segera melancarkan aksinya dan melumpuhkan mangsa dengan seketika. Lain halnya dengan ubur-ubur kotak, dia tergolong aktif dalam mencari mangsa, ubur-ubur jenis ini memiliki kecepatan hingga 4 knot (1,8 m / s)

Nematocyts si jarum kematian

Banyak sekali kejadian yang menunjukan bahwa orang yang disengat oleh ubur-ubur hidupnya tidak akan bertahan lama, dan akan berakhir di kamar mayat. Orang yang disengat akan menderita luka luar berupa luka perutan bekas hisapan tentakel dan luka dalam yang diakibatkan oleh racun yang masuk kedalam aliran darah. Racun ubur-ubur memiliki cardiotoxic, neurotoksik dan komponen dermatonecrotic yang tinggi. Ketika racun tersebut disuntikkan, maka dengan cepat diserap dalam sistem sirkulasi, yang pada akhirnya dapat merusak kerja sistem yang ada dalam tubuh misalnya sistem pernafasan, dan sistem saraf.
Korban yang baru saja disengat oleh ubur-ubur, masih dapat diberikan pertolongan pertama. Pertolongan tersebut berupa  pemberian cuka selama paling sebentar 30 detik pada bagian yang disengat oleh tentakel. Cuka memiliki acetic acid, yang dapat menonaktifkan tentakel agar mudah dilepaskan sebelum menyuntikan racun kedalam tubuh. Pada kenyataannya cuka memang tidak akan menghilangkan rasa sakit bekas sengatan, namun paling tidak upaya ini dapat meminimalisir akibat yang akan terjadi. 
    Luka sengatan nematocyts


Inspirasi Dunia Kedokteran
            Pada tahun 1961, seorang ahli kimia dari Jepang beernama Osamu Shimomura dan tiga temannya melakukan penelitian terhadap ubur-ubur. Penelitian ini dia lakukan karena baginya ubur-ubur adalah mahluk cantik yang sangat mengesankan sehingga memancing rasa ingin tahunya. Dan pada akhirnya dia menghasilkan temuan mengenai warna hjau yang bercahaya pada ubur-ubur. Warna tersebut ternyata senyawa protein yang kemudian ia beri nama “green fluorescent protein”.
            Temuan Shimomura dan ke tiga temannya, ternyata menjadi inspirasi bagi ahli biokimia lain di dunia yang kemudian melakukan penelitian lebih lanjut. Akhirnya dapat diketahui, jika protein hijau ini dilekatkan pada protein lain atau suatu struktur dalam sel (misalnya sel tubuh manusia), para peneliti akan bisa mengamati bagaimana mesin sel yang kompleks itu bekerja dalam tubuh.
Berkat bantuan protein ini yang difasilitasi teknologi DeoxyriboNucleic Acid (DNA), para peneliti bisa mengetahui rahasia dibalik proses dalam tubuh yang selama ini menjadi rahasia, seperti perkembangan sel sel saraf otak atau bagaimana sel kanker menyebar. Warna hijau pada protein digunakan sebagai penanda pergerakan sel itu. Protein hijau ini akan ikut bergerak bila sel bergerak, para peneliti bisa dengan mudah menginformasikan apa yang salah dengan sel atau tubuh kita ketika terjadi infeksi penyakit.
Penjajah Lautan 
            Beberapa ubur-ubur masih dapat kita katakan cantik apabila mengeluarkan cahaya. Namun bagaimana jika lautan dipenuhi cahaya, bukankah itu berarti jumlah ubur-ubur sangatlah banyak. Ketika jumlah ubur-ubur menjadi sangat banyak, itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita. Bagaimana tidak, satu ubur-ubur saja sudah dapat melumpuhkan manusia dalam sekejap, sungguh tak terbayangkan akibat apa yang terjadi jika lautan dipenuhi ubur-ubur mungkin kehidupan di muka bumi yang akan lumpuh.

Ubur-ubur penjajah lautan

Berdasarkan beberapa sumber media massa, jumlah ubur-ubur dibeberapa kawasan meningkat, hal itu dapat diketahui dari meningkatnya jumlah korban yang disengat oleh ubur-ubur. Meningkatnya jumlah ubur-ubur diakibatkan oleh beberapa hal yaitu akibat polusi, kenaikan temperatur air dan penangkapan ikan yang berlebih.
Polusi di sini berupa pembuangan limbah ke sungai baik limbah rumah tangga ataupun pertanian yang pada akahirnya akan megalir kelautan. Limbah dari pertanian ternyata menyuburkan dan meningkatkan jumlah ganggang di lautan. Ganggang adalah makanan dari mikroorganisme laut yang merupakan makanan bagi ubur-ubur, itu berarti semakin meningkatnya pertumbuhan ganggang makan pertumbuhan ubur-ubur pun akan meningkat karena tersedianya banyak makanan.
Kenaikan temperatur pun berberan dalam meningkatkan jumlah ubur-ubur di lautan. Suhu yang meningkat akibat pemanasan global akan membuat suhu air menjadi hangat. Suhu yang hangat ternyata dapat memicu ubur-ubur dalam bereproduksi. Dan yang terakhir adalah penangkapan ikan secara besar-besaran. Ikan merupakan pemengsa ubur-ubur, jika ikan dilautan berkurang dengan cepat maka akan membuat ubur-ubur bebas memperbanyak jumlahnya. Jumlah ubur-ubur harus tetap terkendali, karena ubur-ubur merupakan pemangsa yang rampus. Dengan melejitnya pertumbuhan ubur-ubur, maka akan merubah struktur ekosistem di lautan tang pada akhirnya merubah struktur ekosistem secara keseluruhan.
Ubur-ubur dengan segala kekurangan dan kelebihannya tetap saja bagian dari alam semesta ini. Sewajarnya kita lebih bijaksana menilai ubur-ubur, dimana kita tidak terlalu mengelu-elukan kecantikannya dan tidak pula memusuhinya, hal itu dilakukan agar ubur-ubur tetap ada di muka bumi ini dan keseimbangan alam semesta pun tetap terjaga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar