Minggu, 30 Januari 2011

Mycena, Bintang Jatuh di Gunung Halimun

oleh Fani Wijaya


Saat malam hari menjelang, berada di Taman Nasional Gunung Halimun layaknya berada di negeri dongeng. Di lantai hutan cahaya kehijauan berpendar bak permadani mutiara. Itulah segerombolan koloni si jamur Mycena. Seperti bintik kunang-kunang namun lebih redup dengan cahaya hijau temaramnya. Bagaimanakah jamur-jamur tersebut bisa memancarkan cahaya?

Si Jamur Bersinar

Fungi merupakan nama lain dari jamur yang sudah dikenal oleh masyarakat umum. Adapun nama lain dari jamur yaitu cendawan, kapang atau supa. Jamur mudah dikenali dan ditemukan, biasanya ia hidup ditempat basah, hidup di sampah, kayu lapuk atau makanan yang basi dengan tingkat kelembaban yang cukup.

Jamur pada dasarnya tergolong ke dalam tumbuhan thallus, artinya tumbuhan itu masih belum dapat dibedakan antara bagian batang, daun maupun akarnya. Jamur tidak memiliki klorofil seperti halnya daun-daun pada tumbuhan sejati. Sehingga warna jamur umumnya putih atau cokelat. Seperti halnya jamur Mycena yang berwarna putih.

Nama Mycena sejatinya merupakan nama suku dari jamur yang ada di Gunung Halimun, bukan nama dari jenis jamur tersebut. Belum diketahui nama jenis dari jamur tersebut, sehingga orang lebih mengenalnya dengan sebutan jamur Mycena saja.

Diseluruh dunia terdapat lebih kurang 500 jenis jamur yang termasuk ke dalam suku Mycena, namun hanya terdapat 33% dari suku ini yang memiliki kemampuan bioluminescent. Bioluminescent adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia tertentu

Selain di Gunung Halimun, jamur- bercahaya ini juga dapat ditemukan di Brazil. Ada lebih dari 10 jenis jamur bioluminescent yang baru ditemukan di Brazil sejak 2002, empat di antaranya merupakan spesies yang belum diketahui sebelumnya. Penemuan ini telah menambah jumlah jamur berpendar, yang diketahui sejak 1970-an, menjadi 30 % lebih banyak.

Mycena adalah jenis jamur saprofit yang hidup dari zat-zat organic yang sudah mati. Mycena banyak hidup di lantai hutan pegunungan yang dingin dan lembab, di mana terdapat sangat sedikit manusia. Jamur ini tidak menyukai cahaya, ia hidup pada suhu dingin sekitar 15°C, bahkan kurang. Tumbuhnya menempel bergerumbul di kayu-kayu yang lapuk, dimana Mycena menggunakan serat kayu lapuk sebagai sumber makanannya.

Hidup dari yang sudah mati

Ukuran jamur Mycena cukup kecil dan tudungnya kira-kira hanya sampai 2 cm. Penduduk sekira Taman Nasional Gunung Halimun menyebut jamur ini dengan nama jamur lumar.


Struktur Tubuh Mycena

Tubuh jamur umumnya merupakan benang-benang yang bercabang-cabang yang disebut hifa. Tetapi ada juga yang berbentuk bulat atau batang pendek. Pada jamur Mycena, tubuh mempunyai hifa yang bersekat dengan bentuk tudung berupa payung.
Jamur berkembang biak dengan menggunakan spora. Sporofit merupakan fase dari hidup jamur Mycena yang menghasilkan spora. Sebelum jamur menghasilkan spora, sejatinya jamur tersebut terlebih dahulu membentuk badan penghasil spora yang disebut basidium. Spora yang jatuh ditempat lembab dan mengandung zat organic akan tumbuh menjadi benang-benang hifa.

Pelita di Gelapnya Malam

Hingga saat ini, bioluminesensi telah ditemukan secara alami pada berbagai macam makhluk hidup seperti jamur, bakteri, dan organisme di perairan, namun tidak ditemukan pada tanaman berbunga, hewan vertebrata, amfibi dan mamalia.

Jamur Mycena yang merupakan salah satu jamur bioluminescent menghasilkan emisi cahaya berwarna hijau. aktivitas bioluminesensi ini sejatiya dikontrol oleh sejenis enzim bernama luciferase dan zat pigmen bernama luciferin.


Pendar hijau jamur Mycena

Pada tahun 1967, Robert Boyle, seorang ilmuwan dari Inggris mempublikasikan penelitiannya tentang rekasi bioluminesensi pada jamur yang memerlukan udara. Laporan berikutnya menyebutkan bahwa oksigen merupakan komponen udara yang berperan dalam reaksi tersebut. Dengan kata lain, jika enzim luciferase dan zat pigmen luciferin bersatu dengan oksigen maka akan memicu terjadinya reaksi oksidasi yang menghasilkan produk berupa lepasan energi cahaya.

Pada dasarnya setiap makhluk hidup yang mampu menghasilkan luminesensi memiliki tujuan atau fungsi yang berbeda-beda. Sebagian makhluk hidup memanfaatkannya untuk pertahanan diri, predasi dan sebagainya. Pada jamur Mycena, proses luminesensi diyakini sebagai respon terhadap kebutuhan untuk hidup, untuk menarik serangga yang membantu penyebaran spora di lingkungan dimana penyebaran oleh angin sangat terbatas.

Jamur Mycena hanyalah salah satu dari banyak jamur yang dapat berpendar di malam hari. Mengeluarkan cahaya menghiasi lantai pegunungan dan memancarkan keindahan. Dengan tetap menjaga kelestarian alam dan hutan, maka kita pun tetap menjaga kelangsungan hidup dan keindahan dari jamur ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar